Monday 21 December 2015

Aku dan Tulisan

ini beberapa karya yang tersisa ketemu pas bebersih kemarin
Menulis dan membaca adalah kesenangan yang dari TK sampe sekarang masih enggan untuk ditinggalkan. Dua dunia itu sebenarnya adalah sama, ya sama sama membutuhkan waktu, sama – sama membutuhkan pemikiran, sama – sama menumbuhkan imajinasi. Tulisan pertama yang menjadi karya dan dinikmati oleh orang lain adalah sebuah puisi waktu kelas 4 SD dan terpublikasikan dibuku panduan belajar bernama "cerdas" yang mungkin saja juga ada di sekolah kalian waktu SD, judul puisinya "Pak Guru" bercerita tentang seorang guru SD di pedesaan yang begitu besar dedikasinya terhadap siswa - siswa SDnya yang sampai - sampai kalau siswanya nggak masuk dikunjungi rumahnya diajak sekolah dan entah bukunya dimana sekarang, antara dimakan rayap, dibakar atau diloakkan hehe tapi masih teringat jelas.

Tulisan - tulisan yang pernah ada kebanyakan berupa puisi, cerpen, cerbung, naskah drama, artikel, sampai ada cerita yang sudah menjadi ratusan halaman, tapi kemudian hanya menjadi koleksi pribadi yang masih enggan untuk dibagi. Memasuki Sekolah Menengah Pertama kebanyakan tulisan berisi naskah drama karena memiliki obsesi menjadi sutradara XD kemudian pengalaman menulis semakin bertambah dengan mengikuti beberapa organisasi majalah sekolah, mengisi mading, dan organisasi lain seputar kepenulisan. Semakin bertambah tahun hingga memasuki Sekolah Menengah Kejuruan semakin menjadi kesukaan menulisnya. Menjadi ghost writer dibeberapa media lokal juga pernah terjadi, sampai akhirnya sadar kenapa harus jadi ghost writer? kenapa nggak muncul dengan nama pena sendiri (om tante mas mbak pakdhe sante ya ini iin seneng kok buatin tulisan kalian waktu itu, jangan digruduk oke?)

Saturday 19 December 2015

si Jambul Pulang


Ini bukan si Jambul, aku tdk menemukan fotonya,
tapi dulu waktu kecil si jambul seperti ini
tepat seminggu si Jambul pulang, Jambul telah bersamaku lebih dari 8 tahun.
Aku mengingatnya saat pertama aku menemukannya jatuh dari sangkarnya. Kala itu si  jambul masih kecil sekali, bahkan belum bisa terbang dengan sayapnya. Aku mengambilnya dan berniat untuk mengembalikan kepada induknya. Namun induknya tidak pernah terlihat mengunjungi si Jambul. Beberapa kali aku berusaha melepas si jambul ke alam bebas, membiarkannya pergi dari sangkar. Namun dia selalu kembali dan enggan pergi. Aku bahkan mengingat bagaimana dulu dia aku biarkan latihan terbang di luar sangkar. Jujur aku tidak ingin mengambil kebebasannya sebagai seekor burung. Tapi si jambul selalu saja kembali. Hingga akhirnya waktu berlalu, dia selalu menyambutku dengan hangat setiap aku pulang ke rumah, setiap aku membawa makanan di dekatnya dia selalu rame seolah ingin aku membagi apa yang aku makan padanya. Tentu saja dia mau aku beri makanan makanan itu, dari kerupuk, roti, buah - buahan, bahkan susu anget pun dia mau.